Kala langit mulai senja, sinarnya yang jingga mengkilap
menembus dahan. Bayang pun mulai memanjang, dan gelappun mulai meluruhkan sinar
mentari. Ada yang berbeda dengan malam ini, tidak ada suara malam, sunyi..
Hening pekat yang kurasa, aura kematian menyelimuti gigilku. Pepohonan tampak
dirundung kesedihan, muram binatang terlintas didepan, ada apa gerangan??
Rintih dan lirih terdengar menyentil telingaku, berpalingku
pada cahaya di balik dedaunan.
Makhluk kerdil itu menangisi apa? Badannya yang kecil buntal
membelakangiku. Oh tidak, tidak cuma satu, 6 lainnya ternyata bergumul
dibelakang. Apa yang mereka tangisi??, tak kulihat jelas dari sudutku, meski
cahaya bulan telah menerangi jalanku. Yang kulihat hanya sepasang kaki, kaki
putih yang indah, bukan kaki dari golongan mereka... siapa dia??
Astaganaga!!, itu seorang perempuan.. apa yang mereka
lakukan?? Kumat-kamit mereka berbicara kepada yang lainnya, bukan bahasa
manusia. Tiba-tiba dingin terasa menusuk daging, rasa takut menyelimuti
kesendirianku. Takut ini melebihi takutku ketika menghadapi sang naga. Aku sulit
bergerak.. badanku mulai kaku..gemetar.. apa ini?? Sebuah jarum telah menempel
dileherku.... gelapppp..
Kepalaku begitu berat, matahari sudah menusuk kelopak
mataku, badanku tidak bisa bergerak, aku terikat..
Sebuah pedang telah terhunus dileherku, matanya yang merah,
wajahnya penuh marah menatapku. Mereka terlihat sama. Komat-kamit didepan
seraya membahas nasibku. Sesekali mereka ingin sekali menikamku, apa yang
terjadi??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar