Sabtu, 16 Juni 2012

Sang Pangeran (2)


Kala langit mulai senja, sinarnya yang jingga mengkilap menembus dahan. Bayang pun mulai memanjang, dan gelappun mulai meluruhkan sinar mentari. Ada yang berbeda dengan malam ini, tidak ada suara malam, sunyi.. Hening pekat yang kurasa, aura kematian menyelimuti gigilku. Pepohonan tampak dirundung kesedihan, muram binatang terlintas didepan, ada apa gerangan??

Rintih dan lirih terdengar menyentil telingaku, berpalingku pada cahaya di balik dedaunan.
Makhluk kerdil itu menangisi apa? Badannya yang kecil buntal membelakangiku. Oh tidak, tidak cuma satu, 6 lainnya ternyata bergumul dibelakang. Apa yang mereka tangisi??, tak kulihat jelas dari sudutku, meski cahaya bulan telah menerangi jalanku. Yang kulihat hanya sepasang kaki, kaki putih yang indah, bukan kaki dari golongan mereka... siapa dia??

Astaganaga!!, itu seorang perempuan.. apa yang mereka lakukan?? Kumat-kamit mereka berbicara kepada yang lainnya, bukan bahasa manusia. Tiba-tiba dingin terasa menusuk daging, rasa takut menyelimuti kesendirianku. Takut ini melebihi takutku ketika menghadapi sang naga. Aku sulit bergerak.. badanku mulai kaku..gemetar.. apa ini?? Sebuah jarum telah menempel dileherku.... gelapppp..

Kepalaku begitu berat, matahari sudah menusuk kelopak mataku, badanku tidak bisa bergerak, aku terikat..

Sebuah pedang telah terhunus dileherku, matanya yang merah, wajahnya penuh marah menatapku. Mereka terlihat sama. Komat-kamit didepan seraya membahas nasibku. Sesekali mereka ingin sekali menikamku, apa yang terjadi??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar